Saat ini dunia, khususnya di Indonesia tengah mengalami pandemi yang disebabkan oleh virus corona. Virus corona (COVID-19) merupakan penyakit menular pada manusia yang disebabkan oleh virus corona, dimana virus ini menyerang paru-paru sehingga dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan pada manusia. Sebagian besar orang yang tertular COVID-19 akan mengalami gejala ringan, sedang, hingga berat. Angka penderita COVID-19 di Indonesia per 30 Agustus 2021, 4.079.267 yang terkonfirmasi, 3.743.716 sembuh, dan 132.491 meninggal dunia. Karena masih minimnya tingkat kesadaran dan pengetahuan masyarakat Indonesia mengenai COVID-19 ini, terjadi perdebatan dimana ada sebagian masyarakat yang mempercayai bahwa COVID-19 betul ada dan tahu betul bahwa COVID-19 berbahaya, ada juga sebagian masyarakat yang tidak percaya dengan COVID-19 sehingga tidak melakukan prosedur kesehatan dengan baik dan benar.
Internet merupakan salah satu hasil dari adanya perkembangan teknologi dari zaman ke zaman diikuti juga dengan berkembangnya masalah hukum baru di dalamnya. Salah satu bentuk masalah tersebut adalah munculnya kejahatan konvensional yang keberadaannya berkembang cukup pesat yaitu, penyebaran konten yang mengandung hoaks. Hal tersebut merupakan dampak pemanfaatan internet yang menjadi media penyebaran informasi dengan begitu cepat. Sekarang setiap orang dapat mengakses, membuat, dan menyebarkan informasi secara mudah.
Pada masa pandemi COVID-19 ini, terdapat peningkatan penggunaan media sosial yang kemudian menyebabkan munculnya sejumlah konten yang mengandung hoax. Masyarakat cenderung menelan berita-berita hoaks yang disebarkan oleh orang-orang yang tidak percaya akan penyakit

COVID-19 ini secara mentah-mentah, tanpa mencari tahu terlebih dahulu akan kebenaran dibaliknya. Berita-berita hoaks yang tersebar dan dikonsumsi oleh banyak orang menimbulkan sebagain besar masyarakat menjadi tidak pecaya dengan COVID-19. Masyarakat yang tidak percaya cenderung mengabaikan himbauan pemerintah untuk menjaga prosedur kesehatan, tidak mematuhi program PPKM yang dibuat pemerintah untuk tidak keluar rumah jika tidak diperlukan sehingga membahayakan orang lain dan membuat kasus COVID-19 yang telah terkonfirmasi naik sangat banyak setiap harinya.
Hoaks mengenai COVID-19 pada dasarnya juga dapat mengubah persepsi risiko masyarakat terhadap virus. Hal ini penting karena persepsi risiko telah dikaitkan dengan penerapan perilaku kesehatan pencegahan COVID-19.
Berikut adalah beberapa cara yang dapat kita lakukan sebagai

masyarakat yang bijaksana ketika menemukan sebuah berita yang beredar di masyarakat :
- Memastikan nama, nama penulis dan sumber dari situs media jelas, terpercaya, dan kredibel
- Memastikan bahwa judul dari berita tersebut tidak terkesan provokatif. Jika dalam judul sudah mengandung atau menyudutkan salah satu pihak tertentu, menggunakan kata-kata kasar atau umpatan negatif, dan memancing kemarahan masyarakat, maka berita tersebut perlu diragukan kebenarannya.
- Masyarakat harus dapat membedakan antara berita yang dibuat berdasarkan fakta dan opini. Fakta merupakan peristiwa yang terjadi dengan kesaksian dan bukti, sementara opini adalah pendapat dan kesan dari penulis berita sehingga memiliki kecenderungan untuk bersifat subjektif. Sebuah berita juga dapat dikatakan asli, jika ada konfirmasi dari pihak yang terkait. Sehingga melakukan cek dan recheck dari berbagai sumber juga diperlukan sehingga tidak termakan berita hoaks
- Memeriksa keaslian foto atau video yang disebarkan karena banyak pembuat hoaks yang memanipulasi isi dari berita tersebut, misalnya peristiwa lama. Masyarakat perlu melakukan perbandingan antara konten yang diterima dengan gambar-gambar serupa lainnya di internet untuk memeriksa kebenarannya.
- Memastikan bahwa berita yang diterima bukan bersifat satir atau sindiran.

Kepanikan masyarakat akan virus Corona mengakibatkan berbagai informasi meski hoaks terus disebarkan dengan harapan informasi tersebut dapat berguna mencegah maupun mengobati. Sebagian kecil masyarakat tetap menyebarkan hoaks tentang Covid-19 karena menganggap jika informasi tersebut benar, bermanfaat bagi orang lain serta diperoleh dari orang yang dapat dipercaya. Seharusnya masyarakat tidak perlu menyebarkan hoaks Covid-19 jika mereka telah menemukan bahwa informasi tersebut tidak benar karena dapat membahayakan kesehatan orang lain.
Sekelompok masyarakat masih sulit untuk mendapat informasi mengenai virus COVID-19 (asal, penularan, dan tindakan pencegahannya). Otoritas kesehatan masyarakat dan pihak lain yang peduli dengan pendidikan kesehatan masyarakat harus lebih sadar mengklarifikasi isu-isu yang salah informasi tersebut, terutama penularan virus dan tindakan pencegahan. Mereka dapat menggunakan berbagai bentuk media sosial untuk menyebarkan kebenaran guna mengatasi misinformasi. Lagi-lagi, meski sudah beberapa kali diberitahukan kepada masyarakat, edukasi tentang cara memilih informasi yang akurat harus diintensifkan. Jika tidak, lebih banyak orang akan terkena banyak informasi yang salah yang dapat menempatkan mereka pada risiko melakukan protokol dan tindakan pencegahan yang salah.

Sumber :
https://artikel.bibit.id/news-1/cara-membedakan-berita-hoax-atau-bukan-ini-lho
https://hai.grid.id/read/07622008/5-cara-membedakan-berita-fakta-dan-hoaks-jangan-sampe-tertipu
https://www.orami.co.id/magazine/cara-membedakan-berita-hoaks-dan-asli/
https://e-journal.unair.ac.id/JAKI/article/view/18848/10932
https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fpsyg.2020.566790/full
https://jurnal.kominfo.go.id/index.php/pekommas/article/view/2050201



